Senin, 01 Agustus 2011

persib vs juventus 1987

persib vs juventus 1987


Pada tahun 1987, di Bandung sempat diadakan pertandingan uji coba persahabatan yang menampilkan Persib, PSIS, Hallelujah (Korea selatan), dan Juventus (Brasil).

PSIS (juara Divisi Utama Perserikatan 1986-1987) merupakan tim yang sedang mempersiapkan diri menuju Pesta Sukan III/1987 Brunei Darussalam (Piala Sultan Hassanal Bolkiah 1987) , Hallelujah merupakan juara Piala Universitas Dharma Agung (UDA) V/1987 (1-11 Juli 1987) yang dalam babak grandfinal yang berlangsung di Stadion Teladan Medan mengalahkan timnas Indonesia A 3-2, dan Juventus merupakan peringkat ketiga Piala UDA V/1987.

Dalam pertandingan persahabatan itu, PSIS mengalahkan Juventus 2-1 dan Hallelujah mengalahkan Persib 1-0 (13/07/1987) serta Persib mengalahkan Juventus 2-1 dan Hallelujah mengalahkan PSIS 3-0 (14/07/1987).

kisah lengkap persib vs ac milan 1994

kisah lengkap persib vs ac milan 1994



Sampai saat ini (senin, 1 agustus 2011), kata kunci “Persib vs AC Milan” masih menjadi favorit bagi bobotoh. Karena itu, BukuPersib mencoba untuk menelusuri berita (artikel) tentang cerita lengkap pertandingan persahabatan internasional tersebut. Apalagi, saya selaku pengelola blog ini menjadi saksi mata di Senayan yang kebagian tiket murah meriah Rp 5 ribu perak :) Inilah artikel (diterbitkan Galamedia, 27 Maret 2009) karya Sdr. Endan Suhendra (wartawan Galamedia). Endan Suhendra adalah penulis buku “Persib Aing” bersama Dani Wihara (wartawan Media GO). Selamat menikmati!

*****

PESTA kemenangan dan euforia keberhasilan menjadi juara Kompetisi Perserikatan 1993/1994 belum usai. Acara bagi-bagi bonus pun masih terus berlangsung. Nah, di tengah banjir bonus itu, Persib mendapatkan bonus tambahan dari PSSI, yaitu diberikan kesempatan untuk menjajal klub raksasa Italia, AC Milan, yang akan berkunjung ke Indonesia. Pertandingan juara kompetisi amatir Indonesia 1993/1994 dengan juara Seri A Liga Italia musim yang sama itu dijadwalkan pada 4 Juni 1994 di Stadion Utama Senayan, Jakarta.

Bagi Persib, kesempatan menjajal klub besar Eropa itu merupakan yang kedua. Sebelumnya, pada 11 Juni 1987, Persib juga berkesempatan menjajal PSV Eindhoven yang saat itu diperkuat Ruud Gullit, Eric Gerets, dan Ronald Koeman. Saat itu, dengan formasi Wawan Hermawan/Erick Ibrahim (kiper), Dede Iskandar, Ade Mulyono, Ujang Mulyana, Adeng Hudaya, Bambang Sukowiyono, Uut Kuswendi, Iwan Sunarya/Dadang Kurnia, Adjat Sudradjat, Yudi Guntara, dan Dede Rosadi/Sarjono, Persib dihajar PSV 0-6.

Seperti yang sudah diagendakan, akhir Mei, rombongan Milan tiba di Jakarta. Selama lima hari di Jakarta, para pemain dan ofisial Milan menginap di Hotel Horison, Ancol.

Di antara daftar pemain Milan yang diboyong pelatih Fabio Capello tidak terdapat nama Franco Baressi dan Paolo Maldini yang tengah berkonsentrasi membela timnas Italia di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Dua bintang Belanda, Ruud Gullit dan Marco Van Basten juga tidak turut ke Indonesia. Gullit sedang dipinjamkan ke Sampdoria, sedangkan Basten dibekap cedera. Sedangkan Jean Piere Papin memang ada dalam rombongan, tapi ia tidak bisa dimainkan karena kontraknya sudah habis per 31 Mei 1994 dan sudah memilih hijrah ke Bayern Munich.

Tanpa Baressi, Maldini, Basten, Gullit, dan Papin, tidak lantas kekuatan Milan dan Persib menjadi berimbang. Sebab, dalam rombongan yang datang ke Jakarta masih ada pemain-pemain ternama lainnya macam Marcel Dessailly, Zvonimir Boban, Dejan Savicevic, Gianluigi Lentini, Filippo Galli, Mauro Tassoti, Christian Panucci, Stefano Eranio, Fernando Di Napoli, Enzo Francescoli, Brian Laudrup, dan penjaga gawang Sebastiano Rossi. Di antara mereka, ada sederet nama pemain muda yang tengah dimatangkan Capello macam Paolo Baldieri, Christian Antigori, dan Stefano Desideri.

Empat gol sebabak

Pada Sabtu, 4 Juni 1994, pertandingan Persib kontra Milan tiba. Sebelas pemain Milan masuk ke lapangan dengan penuh kepercayaan diri tinggi. Di sisi lain, para pemain Persib harus sudah berjuang melawan rasa “kekurangpedeannya”, terutama melihat postur besar Lentini dan kawan-kawan. “Bayangkan, saya saja hanya sepundak mereka,” kata Yusuf Bachtiar.

Beberapa pemain Persib yang diturunkan pelatih Indra M. Thohir dalam pertandingan itu adalah Aries Rinaldi (kiper), Robby Darwis, Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Dede Iskandar, Nandang Kurnaedi, Mulyana, Yusuf Bachtiar, Yudi Guntara, Kekey Zakaria, dan Sutiono Lamso.

Saat pertandingan dimulai, para pemain Milan tampil santai. Tapi, karena perbedaan kualitas pemain yang jomplang, Persib praktis hanya mampu bermain selama 15 menit pertama. Seperti diakui Yusuf Bachtiar, selanjutnya Persib keteteran. “Selebihnya, kita digubag-gabig,” kata Yusuf sambil tersenyum.

Yusuf benar, Milan hanya memberikan angin di 15 menit pertama. Setelah itu, Dejan Savicevic unjuk gigi dengan mencetak dua gol cepat pada menit 17 dan 18. Delapan menit berselang, giliran Lentini yang menjebol gawang Aries Rinaldi untuk ketiga kalinya. Satu menit kemudian, Baldieri mengakhiri “penderitaan” Persib di babak pertama.

Sudah unggul empat gol di babak pertama, tidak membuat para pemain Milan puas. Apalagi, yang tampil di babak kedua kebanyakan pemain muda yang masih dalam tahap pemantauan Capello. Baldieri memastikan mencetak hattrick berkat dua gol tambahannya pada menit 48 dan 58. Dua gol tambahan Milan yang menggenapkan kemenangannya menjadi 8-0 dilengkapi Christian Antigori menit ke-68 dan Stefano Desideri menit ke-78.

persib vs ac milan 1994

persib vs ac milan 1994

sebagian dari kita tentu mengetahui pertandingan Persib vs AC Milan (Italia). Hasilnya pun 8-0 untuk AC Milan. Namun, siapa pencetak golnya? Inilah para pencetak gol dalam pertandingan tersebut (soalnya di berbagai media jarang sih yang menulis menit-menitnya he he he….)

Dalam pertandingan di Stadion Utama, Senayan, Jakarta (Sabtu, 4 Juni 1994), Persib harus mengakui ketangguhan klub yang dilatih Fabio Capello itu 0-8. Ke-8 gol AC Milan diciptakan Dejan Savicevic pada menit 17 dan 18, Gianluigi Lentini (26), Paolo Baldieri (27, 48, dan 58), Christian Antigori (68), dan Stefano Desideri (78).

persib vs jepang 196

persib vs jepang 1962
Ini tidak hanya berbicara tentang teks, tetapi juga konteks. Dalam majalah olahraga dan film “Aneka” edisi No. 27, 15 September 1962, halaman 3 ditulis: “…Sepakbola Djepang memanglah belum terlampau terkemuka di lingkungan Asia, usia perkembangannja pun belum pandjang. Tatkala wilajah2 sepakbola Asia seperti Singapura, Hongkong, Malaya dan Indonesia telah mulai mengumandangkan namanja, sepakbola Djepang barulah terdengar usaha2 populerisasinja…”.

Maksud saya (baca: pengelola blog BukuPersib, pada tahun 1960-an, Jepang bukanlah apa-apa. Jepang bukan negara kuat seperti jaman sekarang. Itu makna teksnya. Namun, dalam makna konteks, selain berstatus sebagai tim nasional (timnas) yang menjadi salah satu peserta cabang olahraga sepak bola Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta, Indonesia, Jepang adalah negara kuat juga. Karena ketika media ini menulis kata-kata yang dikutip BukuPersib tadi, Jepang pun dikatakan hebat ketika menahan Malaya 2-2 dalam Merdeka Games Cup 1962 yang digelar beberapa hari setelah Asian Games IV/1962 berakhir.

Nah, pada masa inilah, faktanya, Persib Bandung berhasil mengalahkan timnas Jepang 2-1 di Bandung. Pada masa ini pula (ketika Asian Games IV/1962), beberapa pengamat menilai bahwa permainan Jepang berbeda dari tim-tim lainnya. Ya, sebutlah seperti permainan Jepang saat ini.

Sebelumnya, Jepang telah tersingkir di babak penyisihan Pool B Asian Games IV/1962. Setelah menang 3-1 atas Thailand, Jepang harus mengakui keunggulan India 0-2 dan Korea Selatan 0-1 sehingga Jepang harus puas menempati peringkat ke-3 Pool B dan gagal lolos ke babak semifinal. Sebelum pulang kembali ke negaranya, timnas Jepang sempat berkunjung terlebih dahulu ke Bandung. Dalam kunjungannya itu, timnas Jepang pun melakukan pertandingan persahabatan dengan Persib. Dengan kata lain, Persib berkesempatan untuk menjajal tim sekelas timnas.

Sepak bola memang bukan matematika. Jadi, kalau pun Jepang berhasil mengalahkan Thailand 3-1 di Asian Games IV/1962, apakah Persib dapat mengalahkan Thailand? Dalam hal ini, bukan Thailand sebagai sebuah negara, tetapi dalam arti timnas.

Ini memang hanya sebuah kisah masa lalu. Suatu masa ketika Persib berhasil menumbangkan timnas Jepang. Tidak ada yang salah dengan kisah masa lalu. Syaratnya, kita jangan terlalu terlena oleh nostalgia. Sejarah hanya menceritakan dan mari kita bercermin….

persib vs korea selatan 1981

persib vs korea selatan 1981

Tahun 1981, Persib berkesempatan untuk menjajal timnas Korea Selatan (disebut-sebut sebagai tim “A”). Namun, “hati-hati” mencerna tulisan ini. Korea Selatan yang dimaksud tentu saja Korea Selatan jaman dulu meskipun dilabeli tim “A”-nya. Bukankah Korea Selatan mulai “merajai” Piala Dunia sejak 1986?

Mari kita balik lagi ke cerita Persib. Pada masa itu, Rabu, 26 Agustus 1981, Persib secara mengejutkan berhasil menahan imbang Korea Selatan 0-0, tim yang baru beberapa hari sebelumnya telah berhasil menjadi juara (bersama Bulgaria) menjuarai Anniversary Cup 1981 di Senayan, Jakarta.

Bagi Persib, ini merupakan pertandingan keduanya melawan Korea Selatan. Sebelumnya, pada 1978, Persib menahan Korea Selatan 0-0 di Thailand. Tanyakanlah pada Djadjang Nurdjaman! Pasti Kang Janur meng-iya-kannya.